Tentang Agama Lokal dan Tekanan Agama Resmi
5 minute read
0
Dari beberapa wawancara dengan
masyrakat kajang, termasuk dengan kepala desa mereka selalu merasa bagian dari
agama islam. Bahkan mereka tidak mau kalau dikatakan sebagai agama local. Untuk
hal ini ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya:
1. Adanya proses Islamisasi, baik dengan tekanan maupun
yang berupa hegemoni yang telah berlangsung sangat lama.- masa kerajaan Gowa (penyebaran awal islam)
- Masa DI/TII dan Dompea
- Masa orde baru, gerakan pembebasan terhadap PKI
- Masa tahun 70-an sampai 80-an (gerakan dakwah dn pendidikan) thn 80-an sampai 90-an (UMI) dengan saat ini gerakan KPSSI, termasuk tekanan PEMDA utamanya dengan munculnya PERDA syarat Islam
2. Islam dalam pandangan mereka sudah menyatu dalam
kehidupannya, bagi mereka islam berasal dari kajang sehingga susah untuk
dikatakan mereka bukan islam. Yang terakhir ini meski mereka
mengidentifikasikan diri mereka ke dalam islam, tetapi sekaligus juga ini
adalah resisstensi. Hal imi misalnya terlihat dari cara mereka mengalihkan
pusat islam ke Kajang, cara mereka memposisikan al-quran, tata cara mereka
dalam menjalankan syariat untuk yang terakhir ini. Saya mengalaminya sendiri
bersama mereka, ketika itu jumat dan saya bersama mereka di dalam daerah adt.
Mesjid sangat jauh, lalu salah seorang bertanya apakah saya tidak sholat jumat/
Saya menjawab jauh jaraknya.
“ Kita ini meskipun kita tidak sholat secara
nyata tetapi kita sesungguhnya sholat tiap saat, yaitu “ Tapakkoro” ucap kepala
desa benteng.
Refleksi tgl
5-3- 2005
Dalam wawncara
dengan beberapa pejabat instnsi, diantarnya
DEPAG, DEPKES, Pegawai gizi, Kadis, Imam Desa dan beberapa pejabat lain:
terungkap bgaimana sesungguhnya mereka dalam memandang Kajamg. Bagi instansi
semacam DEPAg, banyak tradisi di kajang yang jelas-jelas menyimpang dari ajaran
islam, karena mereka perlu dirubah, dikembalikan keajaran sesungguhnya. Makanya
menurut mereka PERDA syariat islam harus disosialisasikan terhadap mereka. Bagi
instansi ini yang bisa tetap ada di Kajang hanyalah sisi eksotisnya misalnya;
cara hidup sederhana; keadaan alam yang masih natural itulah yang
dipertahankan, tapi bila tradisi itu telah berbau kufrat apalagi musyrik maka
harus dirubah, hal itu diperkuat oleh Kades dan Imam Desa, mereka yang menjadi
agen sosialisasi dari kebijakan instansi DEPAG tadi
Dalam menyikapi
hal-hal seperti ini, komunitas tana toa (khusus di dalam kawasan) nampaknya
macet, misalnya ketika ada didirikan TPA yang sebenarnya ada di dalam kawasan,
mereka terpaksa menerima. Namun tentu saja mereka tidak menurut begitu saja,
ada saja cara-cara mereka mensiasati, misalnya tempat guru ngaji itu digarisi
oleh amma toa bahwa ini di luar kawasan. Awal mulanya anak-anak memang dating
ngaji, tapi lama- kelamaan berkurang dengan alasan mereka harus membantu orang
tua,. Prinsip hidup mereka ternyata dalam konteks tertentu menjadi tameng dan
alasan bagi beberapa kalangan untuk berkelit dari kewajiban sekolah ataupun
ngaji.
Mengenai
kesehatan:
Program ini
sudah lama dicanangkan pada kepala adat kajang, bahkan pada tahun 80-an terjadi
pemaksaan untuk ikut program KB. Pihak kesehatan, pemerintah dan militer
kerjasaama memaksa penduduk untuk memasang spiral untuk perempuan, saat itu
menurut keterangan dari bidan desa, banyak ibu-ibu yang mengalami infeksi pada
kemaluannya karena saat pemasngan dipaksakan masyarakat saat itu diburu-buru
untuk diikutkan program KB. Kebijaksanaan itu berlaku untuk seluruh Bulukumba,
tapi yang paling parah adalah di sekitar kajang, Herlang dan Bontot Tiro.
Setelah cara
pemaksaan ini mulilah program sosialisasi kesehatan di laksanakan mulai dari
penyuluhan-penyuluhan, posyandu, dan kader posyandu maupun sosialisasi gizi
terus dilaksanakan sekitar tahun 1993 berhasil didirikan posyandu di dalam
kawasan adat. Kini bahkan pos di daerah perbatasan dalam kawasan dan di luar
kawasan didirikan puskesmas.
Saat ini
nampaknya gerakan ini mulai mempengaruhi ke dalam lokasi adat bahkan sanro juga
sudah dilatih sedemikian rupa tentang kesehatan oleh pihak depkes. Merka juga
mulai meniru cara hidup sehat seperti yang diajarkan dari luar tepi sekali lagi
proses ini tidak utuh diterima oleh ketua adat. Di sana sini nampak adanya keretakan, misalnya
mereka tetap ……………… sanro sebelum ke bidan, bhkan bagi mereka ada penyakit
dalam kawasan tak bisa diobti oleh dokter, tapi harus sanro. Bahkan posyandu
yang di dalam membuat mereka lebih berguna kalau dijadikan pos
kamling(……..boleh jadi siasat, tapi bisa juga disatu sisi bisa menjadi alat
kontrol aparat). Pada tiap tanggal 24 ada program posyandu namun ketika saya
kunjungi nampak sunyi senyap. Menurut ibu bidan ini karena di dalam kawasan
sedang ada acara : “Andingingi” dan upacara adat lebih penting dari program
apapun.
Idealisme
Kepemimpinan Kajang
Saat ini
meskipun beberapa pemangku adat dan kepala desa menganggap bahwa amma toa di
kajamg tetap satu, tetapi realitasnya di kajang telah terjadi, Dualisme
kepemimpinan :
Di tengah komunitas adat sendiri realitas dualisme
ini nampak jelas sekali. Dalam acara-acara adat, masyarakat terbagi dalam
mengundan Amma. Yang apabila ada acara adat mengundang Ruto Palasa (yang diakui
oleh KADES). Ada pula yang mengundang Puta Bekkang. Apa sebenarnya yang
terjadi, dalam pemilihan ini? Menurut Puto Kalu kalau seandainya pemilihan ini
konsisiten dengan tata cara pemilihan dulu, maka mustahil akan terjadi.
Dualisme semacam ini. Apakah dengan demikian pemilihan Amma Toa sudah di
intervensi atau sudah di konstruk dari luar?
Intervensi itu nmpaknya jelas. Sebab meskipun
masih mengikuti tata cara yang ada, namun ada beberapa hal yang berubah
misalnya konteks awalnya yang terpilih adalah Puto Bekkang sehari dengan
wangsit ia lalu menyerahkan kepada Puto Palasa. Namun yang aneh saat ini Puto
Palasa yang merasa sebagai Amma sementara Puto Bekkang dianggapnya sebagai
wakil.
Sekedar diketahui pemilihan Amma dilakukan
menjelang legislative, namun apakah ada kaitannya dengan persoalan pemilihan
legislative dan dualisme, nmpaknya agak sama. Namun politisasi pemilihan Amma
jelas, dan ada kepentingan luar yang bermain yang paling jelas hal ini
berkaitan dengan posisi Amma yang saat ini terbilang cukup strategis untuk
ditarik keberbagai kepentingan . Cerita tentang pemilihan Amma Toa kali ini
juga nampak muncul dalam dua versi.